Sering ngga, Anda melihat ada rekan kerja Anda di kantor yang suka gelisah melihat temannya dapet insentif tambahan atau bonus atas prestasi pekerjaan tertentu? Atau jangan-jangan Anda sendiri juga seperti itu. Merasa panas melihat orang lain selalu berkelimpahan tambahan rezeki, sementara Anda gitu-gitu aja. Dan terus berandai-andai, “Andai saya seperti dia…”
Itu berarti belum sepenuhnya memahami konsep bahwasanya masing-masing orang sudah ada rezekinya dan rezeki tidak pernah salah alamat. Tidak tanggung-tanggung, rezeki ini sudah diberikan semenjak kita baru lahir. Hanya saja tentu tidak langsung, melainkan melalui perantara orang tua.
Makanya jadi orang tua jangan terlalu pelit sama anak. Boleh jadi kemakmuran hidup Anda saat ini tidak lain karena ada rezeki anak-anak yang dititipkan lewat pekerjaan Anda. Maka sisihkanlah untuk memberikan yang terbaik pada anak. Toh anak juga titipan dari Tuhan.
Sama halnya dengan istri yang tidak bekerja. Saat dia tidak bekerja, maka rezekinya akan dititipkan melalui suaminya. Jadi jangan heran jika kemudian ada suami yang istrinya tidak bekerja, eh tahu-tahu karirnya melejit dengan cepatnya karena memang ada rezeki istri yang dititipkan lewat penghasilan suami.
Mungkin bila istrinya bekerja, rezeki suami juga tidak akan sebesar bila ia mencari nafkah sendiri. Toh, jatah rezeki istri sudah diambil sendiri lewat pekerjaannya. Tapi, bukan berarti Anda sebagai suami bisa lepas tanggung jawab menafkahi keluarga.
Begitu juga dengan jatah rezeki orang lain. Jangan lupa juga, di dalam setiap harta yang kita miliki ada sebagian hak orang lain disana yang mesti Anda berikan. Berbagilah dengan sesama. Pun misal Anda mendapatkan rezeki yang tidak disangka-sangka dari orang lain, berarti itu memang hak Anda yang dititipkan lewat penghasilan orang lain.
Jadi kenapa mesti bingung soal rezeki?
Semua sudah diatur dan dituliskan semenjak ruh kita ditiupkan ke dalam rahim. Itu kenapa banyak orang-orang tua dulu yang menyarankan untuk banyak mendoakan anak di saat usia kandungan 40 hari, saat ruh anak ditiupkan ke dalam rahim. Karena saat itulah rezeki dan nasib sang anak dituliskan.
Lantas bila rezeki sudah ditetapkan, apakah kemudian menjadi saklek kaku dan tidak bisa berubah. Tentu masih bisa berubah. Lha wong Tuhan yang memberi rezeki. Dan Dia punya hak prerogatif untuk mengubah nasib seorang hamba. Ada juga kan di kitab suci yang menyatakan bahwa nasib suatu kaum tidak akan berubah sampai kaum tersebut berusaha mengubahnya.
Nah, balik lagi deh. Kenapa masih bingung soal rezeki?
Yang penting kita tidak berhenti berupaya sebaik-baiknya. Mau Anda seorang pengusaha, seorang karyawan, atau apalah, bekerjalah dengan sebaik-baiknya. Dan tidak perlu saling menghina profesi masing-masing. Yang suka jadi pengusaha ya jadilah pengusaha yang bijak. Yang suka jadi karyawan, ya jadilah karyawan yang baik.
Semoga yang sedikit ini bisa membantu kegusaran Anda soal rezeki. Kalau Anda lagi merasa rezekinya seret, segera sedekah! Jangan ditunda-tunda lagi. Biar keran rezekinya dibuka lebar sama Tuhan. See you…!
Tinggalkan Balasan